
TIFFANEWS.COM – Pada hari-hari ini, Bupati Kabupaten Keerom, Provinsi Papua, Piter Gusbager harus lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan nyata seluruh rakyat di kampung-kampung terpencil yang mungkin terkesan kecil,sederhana dan tidak popular bagi media social daripada menyibukkan diri mengurus program nasional mega proyek ketahanan pangan tanam jagung yang untuk hari ini belum menjadi kebutuhan prioritas dan mendesak dari rakyat Keerom tetapi lebih menarik perhatian media sosial untuk sebuah pencitraan
Hal itu disampaikan Ketua Dewan Adat Keerom (DAK) yang disingkirkan, Servasius Servo Tuamis di Arso, ibukota Kabupaten Keerom, Sabtu (25/6) menanggapi betapa gegap-gempitanya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Keerom pimpinan Piter Gusbager, S.Hut.,MUP yang terlihat sangat-sangat sibuk terbang dengan pesawat bolak-balik menempuh rute Papua – Jakarta mengurus program nasional ketahanan pangan tanam jagung.
“Realitas membuktikan bahwa selama ini, tanpa ada program nasional mega proyek tanam jagung pun, rakyat Keerom masih mendapatkan bahan makanan yang cukup selain jagung. Mayoritas rakyat Keerom pada hari ini tidak memusatkan perhatian pada menanam jagung secara besar-besaran tetapi, pada pemenuhan kebutuhan akan infrastruktur jalan dan jembatan sehingga hasil kebun, hasil pertanian dan hasil hutan dapat dipasarkan,” kata Servo.
Dengan memiliki infrastruktur jalan dan jembatan yang memadai maka pelayanan kesehatan dan pendidikan persekolahan dapat berjalan lancar. Petugas kesehatan dapat menjangkau kampung-kampung untuk berikan pelayanan kepada anggota keluarga dari rumah ke rumah; guru-guru dan para murid sekolah dapat pergi dan pulang sekolah dengan cepat dan lancar. Sarana transportasi seperti mobil, truk dan sepeda motor dapat lancar mengangkut hasil kebun dan hasil bumi untuk dibawa ke pasar umum.
“Tanam jagung itu adalah program mega proyek nasional. Program ini masih terlalu jauh dari harapan rakyat hari ini. Rakyat masih dapat makanan selain jagung yaitu pisang, ubi-ubian, jagung, dan buah-buahan. Malahan, bahan makanan di kampung-kampung berlebihan, yang tidak dapat dipasarkan. Rakyat lebih membutuhkan infrastruktur jalan dan jembatan agar dapat pergi ke pasar untuk menjual hasil bumi guna membeli kebutuhan sehari-hari lainnya. Hidup ini tidak hanya butuh jagung. Tanpa jagung pun, rakyat masih dapat bahan makanan lainnya dari kebun dan hutan,” kata Servo.
Oleh karena itu, Bupati Piter Gusbager harus mengutamakan dan sibuk penuhi kebutuhan rakyat Keerom hari ini yaitu kebutuhan akan sarana dan prasarana jalan dan jembatan; kebutuhan akan pemberantasan korupsi di lembaga pemerintahan yang memiskinkan rakyat; serta kebutuhan akan pemenuhan janji-janji kampanye saat ikut Pilkada Bupati Keerom tahun 2020 lalu.
“Kami sama sekali tidak menyepelehkan program nasional tanam jagun secara besar-besaran; tetapi itu belum jadi yang utama dan mendesak untuk rakyat Keerom hari ini,” tegas Servo.
Jangan menghindar
Senada dengan Servo Tuamis, pemerhati pembangunan dan budaya Papua, Omega Bastian (Om Bas) menekankan kembali bahwa, kebutuhan rakyat Keerom hari ini adalah: Pertama, infrastruktur jalan dan jembatan yang membuka isolasi antarkampung, menghubungkan satu kampung dengan kampung yang lain, satu distrik dengan distrik lainnya, membuka ketertutupan distrik dengan ibukota kabupaten.
Kebutuhan riil yang kedua adalah keterbukaan Bupati Piter Gusbager dalam menerima rakyatnya yang mayoritas masih hidup dalam lingkaran kemiskinan dan kurang berpendidikan yang ingin menemuinya sebagai pengayom dan bapak bagi rakyat.
“Bupati jangan sering menghindar dari rakyatnya dan menghindar dari amanat penderitaan rakyatnya, dengan modus bepergian meninggalkan kursi bupati dengan alasan mengurus program-program nasional yang terasa terlalu besar, di luar jangkauan kemampuan dan kebutuhan riil rakyatnya,” kata Om Bas.
Kalau kita mau jujur, sebenarnya, pada hari ini juga rakyat Keerom belum sangat membutuhkan program tanam jagung secara besar-besaran. Sebaliknya, yang paling dibutuhkan rakyat adalah perwujudan komitmen Bupati Keerom untuk memberantas praktek-praktek korupsi yang diduga dilakoni oknum pejabat teras di Pemkab Keerom karena kita tahu bersama bahwa korupsi justru telah memiskinkan rakyat Keerom.
Rakyat terus hidup dalam jurang kemiskinan absolut, infrastruktur jalan dan jembatan tidak dibangun atau dibangun pun secara asal-asalan karena uang rakyat dikorup untuk kepentingan orang perorangan, untuk kepentingan membiayai proses hukum oknum pejabat tertentu dan membiayai hal-hal lain untuk keamanan diri sendiri.
“Ada indikasi dan isu di tengah masyarakat Keerom yang harus dicari kebenarannya bahwa ada beberapa proyek pembangunan jalan raya dan proyek fisik lainnya yang bernilai puluhan malahan ratusan miliar rupiah terpaksa harus digadaikan kepada oknum tertentu yang mengurus persoalan hukum agar kasus-kasus dugaan korupsi yang sedang melilit oknum birokrasi tertentu itu digantungkan atau dipetieskan. Oknum pejabat menjadi ATM berjalan sepanjang hidup. Ceritera-ceritera dalam masyarakat ini bagaikan bola panas yang sangat liar menggelinding menuju tahun politik 2024,” katanya.
Begitu banyaknya uang rakyat yang seharusnya didapat oleh rakyat melalui pembangunan fisik jalan dan jembatan, persekolahan dan Puskesmas justru dikorup untuk kepentingan pribadi, kelompok dan membiayai urusan lain untuk menyelamatkan diri dari jeratan hukum.
“Sebaiknya Bupati Keerom Piter Gusbager berikan perhatian pada penuntasan korupsi yang merupakan hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan sejak tahun 2018. Sedikitnya 10 temuan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan Pemkab Keerom Tahun Anggaran 2018 yang mengindikasikan terlibatnya oknum ASN yang kini masih bercokol di lembaga pemerintahan Kabupaten Keerom,” katanya.
Kasus-kasus korupsi di Kabupaten Keerom kini telah menjadi perhatian serius media-media nasional di Jakarta.
Jika korupsi diberantas – koruptornya masuk penjara maka dengan sendirinya uang rakyat itu dapat diselamatkan dan selanjutnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan riil seluruh rakyat Keerom.
Program nasional tanam jagung itu juga penting, tetapi belum menjadi kebutuhan riil dan mendesak bagi rakyat Keerom. Ketahanan pangan itu adalah program nasional yang sangat luas.
“Perhatikan saja dulu kebutuhan riil rakyat Keerom dan jadikan itu sebagai program lokal yang mendesak untuk dilaksanakan. Jangan menghindar dari rakyat dan menghindar dari amanat penderitaan rakyat Keerom dengan cara bepergian untuk mengurus program nasional yang besar-besar di luar jangkauan kemampuan dan harapan rakyat hari ini,” kata Omega Bastian.
Kebutuhan rakyat yang mendesak hari ini juga adalah, Bupati sebagai “bapaknya” masyarakat adat Keerom, ikut aktif membantu menyelesaikan konflik yang sedang terjadi dalam institusi Dewan Adat Keerom (DAK); merangkul dua kelompok yang bertikai dan mendamaikan mereka sebagai bagian dari perhatian riil seorang bupati.
“Tinggalkanlah kursi bupati Keerom — sebelum maju bertarung lagi pada Pilkada Keerom 2024 — dengan membawa nama yang harum mewangi untuk selalu dikenang sepanjang masa sebagai seorang mantan bupati yang dicintai rakyat, mantan bupati yang memiliki Hati yang mendamaikan rakyatnya sendiri. Sebaliknya, jangan tinggalkan perpecahan tragis di tengah masyarakat adatnya sendiri,” kata Omega Bastian.(ade/lin)